Sabtu, 25 Januari 2014

Lalu Lintas di Ibu Kota

           

        Ramainya pengguna kendaraan bermotor di Ibu Kota sering menyebabkan kemacetan. Jumlah  pengguna kendaraan bermotor semakin bertambah setiap harinya. Akibatnya kemacetan pun semakin parah. Padatnya jalanan Ibu Kota membuat para pengendara sering ngabaikan ketertiban berlalu lintas. Padahal tertib berlalu lintas sangat penting demi keselamatan karena dapat mengurangi resiko kecelakaan.
            Banyak kasus kecelakaan berlalu lintas yang terjadi di Ibu Kota setiap harinya. Mulai dari kasus kecelakaan ringan hingga kasus berat yang memakan korban. Sebagai contoh, kasus kecelakaan yang menimpa antara bus dengan truk tangki. Kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 03.30 WIB. Dalam kasus ini terdapat satu korban yang dilarikan ke rumah sakit Unversitas Kristen Indonesia (UKI). Korban pun berhasil diselamatkan.
            Salah satu contoh kasus kecelakaan lalu lintas yang lain yaitu tragedi truk pertamina dengan KRL kereta api yang terjadi di Bintaro. Kecelakaan ini memakan korban sebanyak tujuh orang dan menyebabkan kerugian yang besar. Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi(KNKT) kecelakaan ini terjadi karena pintu pelintasan yang terlambat tertutup dan ketidakwaspadaan sopir truk pada saat melewati pelintasan kereta api.
            Penyebab kecelakan lalu lintas sangatlah banyak, mulai dari faktor cuaca, kendaraan hingga faktor kelalaian pengendara. Kebanyakan kecelakaan terjadi akibat melanggar tata tertib. Para pengendara melanggar tata tertib karena sedang terburu-buru. Biasanya pelanggaran lalu lintas sering terjadi pada saat kemacetan dan pelintasan kereta api. Saat jalan padat dengan kendaraan, pengguna motor sering menyelip diantara mobil. Kemudian saat lampu merah, beberapa dari pengguna motor suka menerobos. Hal ini sangatlah berbahaya karena dapat memicu tabrakan. Sama halnya ketika berada di pelintasan kereta api. Motor maupun mobil suka menerobos meski sudah ada bel penanda kereta api datang dan palang pintu yang menutup perlahan. Mereka lebih memilih menerobos karena tidak sabar dan tidak mau menghadapi kemacetan setelah palang pintu terbuka. Padahal resiko menerobos pelintasan lebih besar daripada menunggu kereta lewat yaitu kematian.

            Sudah seharusnya para pengendara untuk tertib berlalu lintas dan lebih berhati-hati ketika berada di jalanan agar aman dari kecelakaan. 

Minggu, 19 Januari 2014

Banjir di Ibu Kota

             

Banjir adalah salah satu masalah di Ibu Kota yang sulit untuk diatasi. Hampir setiap tahunnya, banjir selalu melanda Jakarta saat musim hujan tiba. Berbagai kerugian dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah. Mulai dari masalah kesehatan hingga masalah ekonomi. Sudah banyak solusi yang dijalankan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi banjir, namun masalah ini masih belum dapat ditangani. Ada masalah apakah dengan banjir di Jakarta ini?
            Baru-baru ini, Ibu kota terkena bencana banjir lagi. Jakarta telah dikepung oleh banjir di beberapa daerah. Salah satu titik banjir yang terparah berada di daerah Pasar Minggu dan Tebet, Jakarta Selatan. Banjir terjadi karena meluapnya sunga Ciliwung yang merupakan banjir kiriman dari Bogor, Jawa Barat. Ketinggian air mencapai hingga 3,5 meter atau sekitar atap rumah. Warga pun diungsikan karena takut akan ada korban yang berjatuhan.
          Warga Jakarta sudah tak lazim dengan banjir yang sering melanda Ibu Kota. Ada beberapa dari mereka yang bahkan sudah terbiasa berhadapan dengan banjir setiap tahunnya. Faktor ekonomi adalah salah satu alasannya. Mereka tak dapat membeli rumah di daerah lain yang tak terkena banjir. Mereka lebih baik bertahan dengan kondisi sekarang sambil berharap bantuan berdatangan. Berikut adalah faktor-faktor mengapa Jakarta sering terkena banjir.
 Faktor yang pertama adalah pola pikir masyarakat yang salah yaitu membuang sampah sembarangan. Hal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak dari kita yang sering membuang sampah sembarangan di jalanan maupun di kali. Padahal hal sekecil ini memiliki dampak yang sangat besar. Sampah yang menumpuk di kali menyebabkan aliran air tersumbat. Akibatnya air meluap dari kali dan masuk ke perumahan warga.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu mengambil solusi yaitu diadakannya pembelajaran kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengadakannya penyuluhan atau program kerja seperti Prokasih (Program Kali bersih)
Faktor yang kedua adalah daerah resapan air yang sedikit. Gedung-gedung bertingkat, mall-mall dan perumahan banyak berdiri kokoh di Jakarta. Seharusnya hal ini diimbangi dengan banyaknya daerah resapan air sehingga ketika hujan datang, air segera terserap ke dalam tanah dan tidak menimbulkan genangan yang dapat menyebabkan banjir. Peran pemerintah dalam mengatasi hal ini adalah dengan memperbanyak daerah resapan air. Seperti taman-taman kota, dan kawasan hijau di pinggir jalanan yang dapat berperan juga sebagai resapan air.
Faktor yang terakhir adalah penurunan permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan. Pada saat musim kemarau, persediaan air tanah di Jakarta berkurang karena kekeringan. Banyak sumur yang mengering. Untuk mengatasinya, warga pun beramai-ramai menambah kedalaman sumur untuk mendapatkan air tanah. Akibatnya permukaan tanah semakin menurun dan menyebabkan cekungan-cekungan di beberapa tempat yang menimbulkan genangan air. Jakarta mengalami penurunan tanah 5-10 cm setiap tahunnya. Selain itu, karena turunnya tanah, menyebabkan air laut yang masuk ke sungai bukannya sungai yang ke laut.
Di atas adalah faktor yang menyebabkan banjir di Jakarta. Perlunya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menangani hal ini. Kepedulian kepada alam pun harus ditanamkan dalam diri. Dengan ini, kita berharap semoga masalah banjir di Ibu Kota dapat diselesaikan.